Selasa, 08 Agustus 2017

From Karimun Jawa with Love

Sudah pertengahan semester 4 ! Itu tandanya Karimun Jawa is waiting for me to come. Tanggal 27 April 2017 sepekan setelah aku mid-term is the day, yeeaayy :D Jadi setelah ngurusin 2 proker kampus dan organisasi beruntutan langsung di bayangi sama tugas menjelang trip field yang bisa dibilang masih manusiawi untuk semester ini. Haha
H-2 hari aku baru ribet packing dan siapin form-form penugasan. Well aku kayanya paling ahli buat packing kalo mau traveling karena aku anti ribet ribet social club wkwk. Jadiii aku bawa swimsuit dan beberapa baju buat ootedeh disana. Soo aku cuma bawa 1 ransel dan 1 handbag yang aku tau bakalan dipenuhin sama sampah dan map serta barang-barang lainnyaa.

image
Yas itu barang barang yang ada di hand bag selama pkl. Sweet stuff is a must buat aku.. Jangan lupa headset beserta iPod buat ngusir Mr.Boring. Dan mini notebook buat nulis sesuatu biar ga kelupaan.
Jadi perjalanan dari Surabaya ke Jepara menempuh waktu 6 jam jalur darat, sebelumnya kami mampir ke kampung batik lasem yang isi kampungnya itu pengrajin batik dari jaman dahulu kala, ibu-ibunya aja udah ngebatik dari jaman beliau sd. Aku ke toko Griya Batik Gajah di Lasem, yang punya keturunan China namanya Pak Alex, beliau meneruskan usaha bapaknya jadi memang rata-rata disini usaha turun temurun. Pak Alex ngomong kalo batik yang terkenal disini itu batik 3 negeri. Batik 3 negeri itu jaman dulunya di buat persembahan buat raja-raja Cina dan uniknya semakin sering dipake dan dicuci, batik 3 negri ini warnanya semakin terang. Trus perjalanan dilanjutkan ke desa wisata kain tenun Jepara, sama seperti di batik lasem, kain tenun Jepara juga udah jadi usaha turun temurun, proses membuatnya juga masih traditional. Masih pake kayu-kayu gitu, well itu yang disebut salah satu atraksi wisatanya..
Kota Jepara ini terkenal sama ukiran-ukiran furniture, termasuk kota yang masih sepi banget. Hotel bintang 3 baru ada 1 biji dan itu yang kami tempati buat istirahat semalem sembari nunggu pagi untuk nyebrang ke Pulau Karimunjawa. Lanjut sekitar jam 5 pagi kami ke Pelabuhan Kartini Jepara, naik kapal Ferry Siginjay bertarif Rp. 76.000 dengan waktu tempuh 5 jam. Iya, 5 jam banget. Menurut aku pribadi, kapal ini kurang nyaman karena gerah banget hehe. Anehnya perjalanan laut ini ngga ada angin laut sama sekali. Jadi ada 3 lantai, di lantai pertama buat kendaraan dan barang-barang lainnya seperti sayur, buah dan bahkan ada kambing... Di lantai kedua ada tempat duduk dan ruangan VIP (vip ini punya tarif khusus, beda 20rb), di lantai paling atas ada kaya bench dan ada kaya terpal gitu biar terik mataharinya ga menyiksa. Anehnya di lantai 2 dan 3 ngga ada angin berhembus sama sekali meskipun kapalnya terbuka, malah yang ada angin itu di lantai pertama bareng si kambing. Jadi yaaa kapan lagi nongkrong sama kambing. Suasana kapal begitu sempurna kalo di pasangin sama es krim paddle pop rainbow 10rb an ;)



Setelah 5 jam yang menyiksa ini kami nyampe jam 11 siang di Pelabuhan Karimunjawa, sebenernya ada sih Kapal Ekspress Bahari tapi yaaa gitu buat kami mahasiswa mending gerah sedikit tapi murah hehe. Kalo naik kapal ekspress kalian bisa hemat waktu 2 jam.
Day1 Karimun Jawa
Ke Kampung Bugis. Iya, di Karimunjawa ini ada suku bugis. Jadi dulunya orang bugis itu lagi berlayar mau cari ikan terus terdampar deh nemu pulau Karimunjawa. Terus ada beberapa yang menikah sama orang Karimunjawa jadi deh kampung Bugis. Kampung Bugis ini sebenernya punya potensi wisata yang tinggi kalo dikelola sesuai dengan ilmu Kepariwisataan (cieh, ilmu Kepariwisataan). Melestarikan budaya suku bugis misal, bisa jadi wisata edukasi. Warga kampung bugis sudah terkontaminasi, mereka menganggap rumah yang bertembok bata lebih kelihatan mewah daripada rumah panggung bertembok kayu. Konsep adat Desa Panglipuran yang ada di Bali sebenarnya bisa diterapkan disini.
image
Dengan berlomba-lomba merenovasi rumah, mereka ngga sadar kalo budaya adat dan ciri khas mulai luntur. Yaah bisa diliat ada ember diatas miniatur satelit itu wkwk. Engga ding, aku juga ga paham peran ember nangkring diatas . Yang aku paham seharusnya peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sangat dibutuhkan disini, butuh menjelaskan, memberi wawasan, memberi arahan. Sayangnya belum ada andil dari Disbudpar Jepara. Bayangkan saja apabila Kampung Bugis ini sudah diberi “bekal”, ragam kaya kebudayaaan Indonesia tidak akan sirna seiring perkembangan jaman. Jalanan dari homestay ke Kampung Bugis sekitar 45 menit, homestay yang aku tinggali ini ada di dekat dermaga atau pelabuhan kecil Karimunjawa. Jadi dari ujung pulau ke ujung satunya lagi bisa dijangkau selama 45 menit dengan jalan utama yang lebarnya cukup buat 2 mobil doang. Setelah selesai berbicang-bincang sama warga lokal di Kampung Bugis perjalanan dilanjutkan ke Hutan Mangrove. Tidak ada yang spesial di hutan mangrove ini sama seperti hutan mangrove yang ada di Surabaya, malah menurutku lebih terawat yang di Surabaya. Menjelang senja perjalanan dilanjutkan ke Bukit Love. Destinasi wisata buatan yang dikelola oleh satu paguyubannamanya Trans Karimunjawa. Spot senja yang lumayan kalau menurut saya, ada cafe di bukit ini. Kenapa namanya bukit Love? Karena pengen ajah. Iya itu kata warga lokal hahaha. Memang sengaja agar lebih menarik para pemuda-pemudi untuk datang dan menikmati senja with the lovely one (if you have one). Dengan properti ukiran batu dan kayu yang bertuliskan love dan Pulau Karimunjawa serta spot foto yang dibuat seperti sarang burung, sangat kreatif! Harga tiket masuk juga sangat murah, Rp. 5000. Hari pertama wrapped up with nice sunset. Engga juga sih, kami nugas sampe jam 10 malam setelahnya. Hahahah
Day2 Karimun Jawa
Sea Tour. Im super excited! Ke penangkaran ikan hiu yang letaknya ada di Pulau menjangan besar dan hiu disini bisa diajak foto bareng.
image
Sayangnya (lagi) ini dikelola pribadi dan kalo menurut aku ini eksploitasi ikan hiu karena ngga jarang hiu-hiu itu mati karena stress kolamnya dimasukin orang-orang buat foto. Penangkaran ikan hiu ini sudah ada dari tahun 1968. Balik lagi sama kurang ada andil dari pemerintah daerah. Lanjut naik perahu ke spot snorkeling. Dan memang biota laut di Karimunjawa ini masih asri dan bagus, karang nya masih utuh dan luas. Pokoknya luar biasalah biota laut Karimunjawa so far. Lanjut makan siang di Pulau Menjangan Kecil buat makan siang kami dijamu pait sama warga Karimunjawa.
image
Iya, sebenarnya Pulau menjangan kecil ini pulau tidak berpenghuni, tapi semenjak pulau ini dijual sama Tomy Soeharto ke perseorangan mulai lah ada yang tinggal disini buat jadi karyawan penginapan. Aku masih ngga paham sama prosedur jual beli pulau, punya hak apa pak Tomy bisa jual pulau ini. Bukan berati karena pada masa itu bapaknya punya kekuasaan tertinggi trus bisa jual pulau seenaknya. Pak Tomy Soeharto berdosa sama Indonesia! Huft, suka jengkel sama manusia yang seenak jidat demi uang. Oke, lanjut. Selesai makan ikan bakar with saos cocolan-enak-yang-aku-gak-ngerti-namanya dan pencuci mulut buah semangka yang segernya luar biasa kala itu. Next, kami lanjut snorkeling di spot kedua. Ga kalah bagus sama spot pertama udeh gausah diomong lagi keindahannya kehidupan bawah laut didiye.
image
Bisa dilihat sendiri gimana beningnya air disana. Jadi itu ceritanya ada senior minta tolong fotoin, giliran aku yang minta tolong ke temen yang lain hasilnya zonk ga ada akunya. Nah alhasil aku ga ada foto disana, yaudahlah kadang hidup memang sekeras itu. Sudah puas snorkeling kami lanjut lagi naik kapal nunggu sunset ke Pantai Tanjung Gelam, pantai ini pasirnya lembut banget kaya tiramisu cake. Kata guide lokal, pantai tanjung gelam ini kalo pagi-sore ramai manusia tapi kalo malem ramai juga.. sama makhluk halus. Udeh cukup horornya disitu aja. Kami menikmati pantai sambil makan gorengan hangat dan es kelapa muda, bahagia memang sesederhana itu..Alhamdulillaahhh.. Satu jam singkat bahagia kami cukup. Lalu kembali ke dermaga menjelang maghrib sebelum air laut pasang. Dilanjutkan mengerjakan tugas seperti hari-hari sebelumnya namun tetap kami sempatkan menikmati sepinya alun-alun Pulau Karimunjawa hihi. Alun-alun Karimunjawa banyak menjual ikan segar, cumi-cumi bahkan lobster. Kekayaan lautnya juga udah ngga bisa diragukan lagi pulau  ini. Fun fact, warga lokal rata-rata adalah nelayan yang berpenghasilan 30jt setiap bulannya.. iya, sekali melaut selama 1 bulan mereka bisa mendapatkan hasil segitu. Dilanjut jam 3 pagi kami semua harus packing dan bersiap untuk kembali ke Surabaya, untuk menghadapi tugas-tugas yang duduk cantik menunggu.



Peluang pariwisata yang ada di Pulau Karimunjawa ini luar biasa tinggi. its all blue and its all clearrrr Gemas pemerintahnya belum sadar. Seharusnya Pulau Karimunjawa bisa lebih maju dari Lombok bahkan Bali. Bisa dibilang ada bibit-bibit maldives disini. 2 tahun terakhir sudah ada peningkatan yang signifikan seperti jadwal kapal ferry sudah setiap hari, listrik sudah 24 jam. Disetiap weekend sudah mencapai 2000 lebih wisatawan. Masalah klise adalah sampah, wisatawan domestik (masih) perlu diingatkan supaya ga buang sampah sembarangan disini. Padahal kan udah pada gede, pada ngerti kalo obyek wisata ini ngga akan bagus lagi kalo ada sampah numpuk. Sempet kepikiran investasi di Pulau ini hehe tapi apadaya abdi teh cuma mahasiswi yang uang kuliahnya masih dibayarin orang tua, mana bisa ya :( Pikirannya sekarang mah udah investasi mulu buat masa depan, buat ikut andil dan menjadi pelaku pariwisata yang cerdas. Hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala Diantaranya

Waw, 2019 being quite hectic years ya.. a lot of things happened, people come and go.  Dari terakhir aku nulis di blog itu banyak banget...