Sudah pertengahan semester 4 ! Itu tandanya Karimun Jawa is waiting
for me to come. Tanggal 27 April 2017 sepekan setelah aku mid-term is
the day, yeeaayy :D Jadi setelah ngurusin 2 proker kampus dan organisasi
beruntutan langsung di bayangi sama tugas menjelang trip field yang
bisa dibilang masih manusiawi untuk semester ini. Haha
H-2
hari aku baru ribet packing dan siapin form-form penugasan. Well aku
kayanya paling ahli buat packing kalo mau traveling karena aku anti
ribet ribet social club wkwk. Jadiii aku bawa swimsuit dan beberapa baju
buat ootedeh disana. Soo aku cuma bawa 1 ransel dan 1 handbag yang aku
tau bakalan dipenuhin sama sampah dan map serta barang-barang lainnyaa.
Yas
itu barang barang yang ada di hand bag selama pkl. Sweet stuff is a
must buat aku.. Jangan lupa headset beserta iPod buat ngusir Mr.Boring.
Dan mini notebook buat nulis sesuatu biar ga kelupaan.
Jadi
perjalanan dari Surabaya ke Jepara menempuh waktu 6 jam jalur darat,
sebelumnya kami mampir ke kampung batik lasem yang isi kampungnya itu
pengrajin batik dari jaman dahulu kala, ibu-ibunya aja udah ngebatik
dari jaman beliau sd. Aku ke toko Griya Batik Gajah di Lasem, yang punya
keturunan China namanya Pak Alex, beliau meneruskan usaha bapaknya jadi
memang rata-rata disini usaha turun temurun. Pak Alex ngomong kalo
batik yang terkenal disini itu batik 3 negeri. Batik 3 negeri itu jaman
dulunya di buat persembahan buat raja-raja Cina dan uniknya semakin
sering dipake dan dicuci, batik 3 negri ini warnanya semakin terang.
Trus perjalanan dilanjutkan ke desa wisata kain tenun Jepara, sama
seperti di batik lasem, kain tenun Jepara juga udah jadi usaha turun
temurun, proses membuatnya juga masih traditional. Masih pake kayu-kayu
gitu, well itu yang disebut salah satu atraksi wisatanya..
Kota
Jepara ini terkenal sama ukiran-ukiran furniture, termasuk kota yang
masih sepi banget. Hotel bintang 3 baru ada 1 biji dan itu yang kami
tempati buat istirahat semalem sembari nunggu pagi untuk nyebrang ke
Pulau Karimunjawa. Lanjut sekitar jam 5 pagi kami ke Pelabuhan Kartini
Jepara, naik kapal Ferry Siginjay bertarif Rp. 76.000 dengan waktu
tempuh 5 jam. Iya, 5 jam banget. Menurut aku pribadi, kapal ini kurang
nyaman karena gerah banget hehe. Anehnya perjalanan laut ini ngga ada
angin laut sama sekali. Jadi ada 3 lantai, di lantai pertama buat
kendaraan dan barang-barang lainnya seperti sayur, buah dan bahkan ada
kambing... Di lantai kedua ada tempat duduk dan ruangan VIP (vip ini
punya tarif khusus, beda 20rb), di lantai paling atas ada kaya bench dan
ada kaya terpal gitu biar terik mataharinya ga menyiksa. Anehnya di
lantai 2 dan 3 ngga ada angin berhembus sama sekali meskipun kapalnya
terbuka, malah yang ada angin itu di lantai pertama bareng si kambing.
Jadi yaaa kapan lagi nongkrong sama kambing. Suasana kapal begitu
sempurna kalo di pasangin sama es krim paddle pop rainbow 10rb an ;)
Setelah 5 jam yang menyiksa ini kami nyampe jam 11 siang di Pelabuhan
Karimunjawa, sebenernya ada sih Kapal Ekspress Bahari tapi yaaa gitu
buat kami mahasiswa mending gerah sedikit tapi murah hehe. Kalo naik
kapal ekspress kalian bisa hemat waktu 2 jam.
Day1 Karimun Jawa
Ke
Kampung Bugis. Iya, di Karimunjawa ini ada suku bugis. Jadi dulunya
orang bugis itu lagi berlayar mau cari ikan terus terdampar deh nemu
pulau Karimunjawa. Terus ada beberapa yang menikah sama orang
Karimunjawa jadi deh kampung Bugis. Kampung Bugis ini sebenernya punya
potensi wisata yang tinggi kalo dikelola sesuai dengan ilmu
Kepariwisataan (cieh, ilmu Kepariwisataan). Melestarikan budaya suku
bugis misal, bisa jadi wisata edukasi. Warga kampung bugis sudah
terkontaminasi, mereka menganggap rumah yang bertembok bata lebih
kelihatan mewah daripada rumah panggung bertembok kayu. Konsep adat Desa
Panglipuran yang ada di Bali sebenarnya bisa diterapkan disini.
Dengan
berlomba-lomba merenovasi rumah, mereka ngga sadar kalo budaya adat dan
ciri khas mulai luntur. Yaah bisa diliat ada ember diatas miniatur
satelit itu wkwk. Engga ding, aku juga ga paham peran ember nangkring
diatas . Yang aku paham seharusnya peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
sangat
dibutuhkan disini, butuh menjelaskan, memberi wawasan, memberi arahan.
Sayangnya belum ada andil dari Disbudpar Jepara. Bayangkan saja apabila
Kampung Bugis ini sudah diberi “bekal”, ragam kaya kebudayaaan Indonesia
tidak
akan sirna seiring perkembangan jaman. Jalanan dari homestay ke Kampung
Bugis sekitar 45 menit, homestay yang aku tinggali ini ada di dekat
dermaga atau pelabuhan kecil Karimunjawa. Jadi dari ujung pulau ke ujung
satunya lagi bisa dijangkau selama 45 menit dengan jalan utama yang
lebarnya cukup buat 2 mobil doang. Setelah selesai berbicang-bincang
sama warga lokal di Kampung Bugis perjalanan dilanjutkan ke Hutan
Mangrove. Tidak ada yang spesial di hutan mangrove ini sama seperti
hutan mangrove yang ada di Surabaya, malah menurutku lebih terawat yang
di Surabaya. Menjelang senja perjalanan dilanjutkan ke Bukit Love.
Destinasi wisata buatan yang dikelola oleh satu paguyubannamanya Trans
Karimunjawa. Spot senja yang lumayan kalau menurut saya, ada cafe di
bukit ini. Kenapa namanya bukit Love? Karena pengen ajah. Iya itu kata
warga lokal hahaha. Memang sengaja agar lebih menarik para pemuda-pemudi
untuk datang dan menikmati senja with the lovely one (if you have one).
Dengan properti ukiran batu dan kayu yang bertuliskan love dan Pulau
Karimunjawa serta spot foto yang dibuat seperti sarang burung, sangat
kreatif! Harga tiket masuk juga sangat murah, Rp. 5000. Hari pertama
wrapped up with nice sunset. Engga juga sih, kami nugas sampe jam 10
malam setelahnya. Hahahah
Day2 Karimun Jawa
Sea Tour. Im
super excited! Ke penangkaran ikan hiu yang letaknya ada di Pulau
menjangan besar dan hiu disini bisa diajak foto bareng.
Sayangnya (lagi)
ini dikelola pribadi dan kalo menurut aku ini eksploitasi ikan hiu
karena ngga jarang hiu-hiu itu mati karena stress kolamnya dimasukin
orang-orang buat foto. Penangkaran ikan hiu ini sudah ada dari tahun
1968. Balik lagi sama kurang ada andil dari pemerintah daerah. Lanjut
naik perahu ke spot snorkeling. Dan memang biota laut di Karimunjawa ini
masih asri dan bagus, karang nya masih utuh dan luas. Pokoknya luar
biasalah biota laut Karimunjawa so far. Lanjut makan siang di Pulau
Menjangan Kecil buat makan siang kami dijamu
pait sama
warga Karimunjawa.
Iya, sebenarnya Pulau menjangan kecil ini pulau tidak
berpenghuni, tapi semenjak pulau ini dijual sama Tomy Soeharto ke
perseorangan mulai lah ada yang tinggal disini buat jadi karyawan
penginapan. Aku masih ngga paham sama prosedur jual beli pulau, punya
hak apa pak Tomy bisa jual pulau ini. Bukan berati karena pada masa itu
bapaknya punya kekuasaan tertinggi trus bisa jual pulau seenaknya. Pak
Tomy Soeharto berdosa sama Indonesia! Huft, suka jengkel sama manusia
yang seenak jidat demi uang. Oke, lanjut. Selesai makan ikan bakar with
saos cocolan-enak-yang-aku-gak-ngerti-namanya dan pencuci mulut buah
semangka yang segernya luar biasa kala itu. Next, kami lanjut snorkeling
di spot kedua. Ga kalah bagus sama spot pertama udeh gausah diomong
lagi keindahannya kehidupan bawah laut didiye.
Bisa dilihat sendiri gimana beningnya air disana. Jadi itu ceritanya
ada senior minta tolong fotoin, giliran aku yang minta tolong ke temen
yang lain hasilnya zonk ga ada akunya. Nah alhasil aku ga ada foto
disana, yaudahlah kadang hidup memang sekeras itu. Sudah puas snorkeling
kami lanjut lagi naik kapal nunggu sunset ke Pantai Tanjung Gelam,
pantai ini pasirnya lembut banget kaya tiramisu cake. Kata guide lokal,
pantai tanjung gelam ini kalo pagi-sore ramai manusia tapi kalo malem
ramai juga.. sama makhluk halus. Udeh cukup horornya disitu aja. Kami
menikmati pantai sambil makan gorengan hangat dan es kelapa muda,
bahagia memang sesederhana itu..Alhamdulillaahhh.. Satu jam singkat
bahagia kami cukup. Lalu kembali ke dermaga menjelang maghrib sebelum
air laut pasang. Dilanjutkan mengerjakan tugas seperti hari-hari
sebelumnya namun tetap kami sempatkan menikmati sepinya alun-alun Pulau
Karimunjawa hihi. Alun-alun Karimunjawa banyak menjual ikan segar,
cumi-cumi bahkan lobster. Kekayaan lautnya juga udah ngga bisa diragukan
lagi pulau ini. Fun fact, warga lokal rata-rata adalah nelayan yang
berpenghasilan 30jt setiap bulannya.. iya, sekali melaut selama 1 bulan
mereka bisa mendapatkan hasil segitu. Dilanjut jam 3 pagi kami semua
harus packing dan bersiap untuk kembali ke Surabaya, untuk menghadapi
tugas-tugas yang duduk cantik menunggu.
Peluang
pariwisata yang ada di Pulau Karimunjawa ini luar biasa tinggi. its all
blue and its all clearrrr Gemas pemerintahnya belum sadar. Seharusnya
Pulau Karimunjawa bisa lebih maju dari Lombok bahkan Bali. Bisa dibilang
ada bibit-bibit maldives disini. 2 tahun terakhir sudah ada peningkatan
yang signifikan seperti jadwal kapal ferry sudah setiap hari, listrik
sudah 24 jam. Disetiap weekend sudah mencapai 2000 lebih wisatawan.
Masalah klise adalah sampah, wisatawan domestik (masih) perlu diingatkan
supaya ga buang sampah sembarangan disini. Padahal kan udah pada gede,
pada ngerti kalo obyek wisata ini ngga akan bagus lagi kalo ada sampah
numpuk. Sempet kepikiran investasi di Pulau ini hehe tapi apadaya abdi
teh cuma mahasiswi yang uang kuliahnya masih dibayarin orang tua, mana
bisa ya :( Pikirannya sekarang mah udah investasi mulu buat masa depan,
buat ikut andil dan menjadi pelaku pariwisata yang cerdas. Hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar