Selasa, 08 Agustus 2017

The world has a bigger problems than boys kiss a boys

Mungkin kali ini aku bahas hal yang sedikit extraordinary alias hal yang gak biasa. Tadinya aku keep this only on my mind, tapi gak nahan pengen buat tulisan. Iyap, tentang radikalisme dan rasisme yang sedang terjadi di negaraku tercinta Indonesia. Negaraku ini kaya, tapi miskin. Negaraku ini bangsa yang cerdas, tapi bodoh. Orang-orang yang close minded ternyata masih ada. Orang-orang yang tidak bisa menghargai pendapat orang lain dan menganggap pendapatnya paling benar masih ada. Terlalu gampang kebawa arus berita ngga bener. Sedih. Terlalu memperhatikan perbedaan yang terlihat tapi yang salah dibiarkan. Katanya negara yang memegang teguh Bhineka Tunggal Ika, tapi ada yang berbeda sedikit di hujat. Politik dicampur agama, keadilan dicampur dengan uang. Pemimpin yang berpotensi dalam merubah Indonesia lebih baik malah dijatuhkan dengan alasan yang tidak masuk akal. Sebelum Ahok ada Gus Dur, ada pak BJ. Habibie. Mereka mengalami hal yang sama. Mereka orang-orang hebat. Indonesia belum bisa menerima kemajuan, belum bisa menerima perubahan malah itu yang beliau-beliau pikirkan.
Hal lain adalah saya seorang muslim, yang saya sukai adalah Islam itu seperti air, mengikuti bentuk ruang. Yang saya maksud, islam itu mengikuti perkembangan zaman. Islam itu fleksibel, ngga bisa solat berdiri  boleh duduk, ngga bisa duduk boleh sambil tidur, ngga bisa gerak boleh pake kedipan mata. Keyakinan adalah sesuatu yang dipercayai oleh individu, tidak bisa dipaksakan. Ya mungkin memang ilmu agama saya tidak seberapa. Nmun saya paham apabila kamu mempercayai Islam, kamu tidak bisa memaksakan orang lain untuk percaya juga. Salah satu cara kamu menyebarkan agama adalah, jadilah agen muslim. Apa yang kamu percayai, ajaran yang telah kamu pelajari itu mencerminkan bagaimana kamu berperilaku terhadap lingkungan dan sesama manusia. Islam selalu mengajarkan kedamaian. Dan saya bersyukur dilahirkan menjadi seorang muslim.



Tidak bisakah kita menerima perbedaan, tidak saling menjatuhkan dan saling memahami bahwa memang kita manusia memiliki cara berfikir yang berbeda. Apa yang menurutku benar bukan berarti menurutmu benar kan? Lets empower each other, take courages and be kind to each other.. :)  Saya tahu anda nasrani atau budha atau konghucu tapi saya akan membenarkan kalau memang anda benar dan menyalahkan kalau memang salah. Saya memang mayoritas tapi saya menerapkan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang saya pelajari waktu SD, tidak membedakan ras, warna kulit dan agama. Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Dan satu lagi, orang cerdas adalah orang yang mengakui kesalahan.
(01.44//13.5.17)



There is a video that you might get inspire, cause I am
Coba buka disini
Jadi video itu tentang seorang mahasiswi muslim yang punya kesempatan untuk keliling dunia one of the purpose is to be an axchange student, dan dia ketemu sama salah satu refugees dari kota Aleppo Syria yang dimana kalian tau Aleppo adalah kota yang paling banyak mendapatkan serangan dari Israel. Ali namanya, secara tidak langsung dia sangat menginspirasi karena dia berprinsip to help people, alias berguna bagi sesama manusia. Dia udah ngeliat terrible things happen makanya dia sangat ingin menjaga satu sama lain, be nice to each other.
Gue berharap dengan majunya teknologi kita juga makin maju secara moral. Semoga rasa peduli kita terhadap sesama semakin menyala terlepas dari perbedaan yang ada. Semoga dari obrolan dengan Ali ini bisa kita jadikan bahan merenung. Terutama mengkaji lagi bagaimana selama ini kita memandang perbedaan agama, ras dan budaya. Bagaimana peran kita untuk terus menjaga Indonesia sebagai bangsa yang utuh. Jadikan perbedaan sebagai penyatu kita, bukan pemisah. -gitasav-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala Diantaranya

Waw, 2019 being quite hectic years ya.. a lot of things happened, people come and go.  Dari terakhir aku nulis di blog itu banyak banget...