Selasa, 16 Oktober 2018

Surabaya Seisinya dan Pasar Seni Lukis Indonesia 2018

Surabaya, what's good about it?
Panasnya udah kaya neraka bocor, polusi, dan segala hiruk pikuk. Pariwisata di Surabaya? Emang ada?
Sini, duduk dulu yang tenang siapin kertas dan bolpen kalo ada yang ditanyakan bisa angkat tangan. 
Sebelumnya, mari kuperkenalkan beberapa tokoh pendukung di perjalanan kali ini hehe. Ada Pak Khun yang paling senior dari Jogja, ada Mba Frea dari Jakarta, Mas Subhan dari Lombok, ada Mas Arlan datang jauh dari Jambi, ada Mba Amel blogger dari Tangerang, Mas Robby dari Palembang. Mereka semua datang khusus untuk meliput Pasar Seni Lukis Indonesia 2018 dan menikmati panasnya Surabaya. Apasih PSLI 2018 ini? Di tanggal 14-21Oktober ini ada Pasar Seni Lukis Indonesia di Jatim Expo Surabaya tempat semua seniman dan penikmat seni berkumpul. Memasuki tahun ke 11 pameran ini diselenggarakan dan tahun pertama memasuki Calender Of Event Kementrian Pariwisata. Kalo kata Robbin Williams "but poetry, beauty , romance, love these are what we stay alive for" memang bener. Kurang lebih ada 140 pelukis yang memamerkan lukisan di acara ini.
Foto oleh: Subhan 
Setelah berkunjung ke Pasar Seni Lukis Indonesia, kita bisa kemana aja sih di Surabaya?
Nah kemarin setelah liputan dengan teman-teman Generasi Pesona Indonesia kami pergi ke Museum House of Sampoerna, Museum di pabrik rokok yang memamerkan awal karir pendiri pabrik, tembakau dan sejarah rokok kretek hingga beberapa koleksi pribadi pendiri Sampoerna. Bangunan tua yang didirikan sekitar tahun 1862 oleh pemerintahan Belanda ini di beli oleh Liem Seng Tee pada tahun 1932 untuk dijadikan pabrik. Di lantai 2, kita bisa melihat langsung proses pembuatan rokok kretek dan semua buruhnya adalah ibu-ibu. Saya dan Mas Robby sedikit menggumam "Kok kita kaya di seaworld ya nontonin orang-orang ini ngelinting rokok?" Karena memang dilihat dari lantai dua mereka begitu kecil dan mengerjakan hal yang serupa, seirama ditemani dengan dangdut koplo sambil sesekali joget-joget (oke yang terakhir becanda :D). 

Ruang pamer depan, di fotoin: Mas Subhan
Selain gedung utama sebagai museum sekaligus pabrik, di sebelah kiri ada cafe tanamera jadi yang pengen ngopi-ngopi sambil "nge-kretek" bisa di gedung sebelah. Oiya, Museum House of Sampoerna ini juga menyediakan bis Surabaya Heritage Tour tanpa berbayar. Tapi sayangnya cepet banget seat nya penuh, setiap satu sesi hanya bisa membawa 20 orang dan dalam 1 hari dibatasi 3x perjalanan.

Foto oleh: Subhan
Di sebelah kanan gedung juga ada ruang pamer yang dibuka hanya satu tahun sekali dalam rangka hari pahlawan. Memamerkan beberapa potrait-potrait semangat arek-arek Suroboyo dalam memperjuangkan Kemerdekaan.

Setelah itu perjalanan kami lanjutkan ke Museum Tugu Pahlawan. Selain patung Suro dan Boyo, Tugu Pahlawan juga sebagai salah satu ikon kota Surabaya. Dari museum ke museum, yaa itu daya tarik Kota Pahlawan ini.

Foto oleh: Subhan
Selain museum, ada hutan yang instagramable nih di Surabaya. Hutan Mangrove Wonorejo saru-satunya hutan bakau yang ada di Surabaya. Tidak dikenakan tiket masuk, hanya bayar parkir aja. Murah dan bisa memberi makan instagram kamuu :)
Eco Tourism di Surabaya
Masih kurang nih, objek wisata nya?
Karena Surabaya adalah Kota Pahlawan,  wajar banyak menemui gedung-gedung peninggalan Belanda yang bersejarah di kota ini. Ada Hotel Majapahit, tempat terjadinya perobekan bendera Belanda dan tempat terbakarnya semangat arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan.Tidak jauh dari hotel Majapahit ada kawasan Tunjungan yang semua bangunannya adalah bangunan-bangunan peninggalan Belanda. Kawasan Tunjungan adalah salah satu destinasi menarik yang ngga boleh dilewatkan. Pedestrian yang lebar, berjejer lampu kota dan tanaman gantung ada di sepanjang jalan. Seingat saya, kawasan ini pernah tidak terawat setelah beberapa tahun ada di masa jaya nya, kalah dengan pusat perbelanjaan kota yang berkembang pesat. Gedung Siola sempat kosong dan tidak terawat, untungnya pemerintahan kota sigap membangkitkan kawasan tunjungan ini hidup lagi. Membangun Museum Sejarah di dalam gedung, menjadikan mall pelayanan publik, menambahkan pusat oleh-oleh dan marketplace UMKM, menambahkan taman gantung, bahkan fasilitas Co-Working gratis. Selain itu, secara rutin walikota Surabaya menggelar Festival Kuliner Mlaku-mlaku nang Tunjungan. Sama seperti judul lagu lawas

Rek ayo rek mlaku-mlaku nang Tunjungan
Cak ayo cak sopo gelem melu aku
Cak ayo cak nggolek kenalan cah ayu 

yang artinya kurang lebih begini

Guys, yuk jalan ke Tunjungan
Siapa mau ikut nih
Yuk nyari cemewew

gitu...

Foto oleh: Monyoku
Dua hari berlalu, menikmati Surabaya dan seisinya. Mba Frea yang bahagia nemu rawon nikmat, Rawon Kalkulator. Terus kebahagian-kebahagiaan Mba Frea yang lain seperti sate kelapa ondomohen di jalan Walikota Mustajab, makan rujak cingur dan es dawet istimewa di salah satu Pasar Traditional tertua Blauran, makan sate Ponorogo Pak Seger dan belanja oleh-oleh di Gentengkali. Selain destinasi-destinasi wisata diatas, Surabaya terkenal dengan wisata mice nya. Seringkali Kota Surabaya menjadi tuan rumah acara pertemuan International yang melibatkan perwakilan dari ratusan negara. Ngomongin Surabaya ngga ada habisnya, sering juga saya berniat untuk selalu meninggalkan kota dimana saya tumbuh dewasa. Nyatanya, Surabaya juga sering bikin rindu. Taman Kota yang terawat, pohon rindang yang selalu ada di pinggir jalan raya. Surabaya dan seisinya, di setiap sudut kota yang memiliki cerita :)

Segala Diantaranya

Waw, 2019 being quite hectic years ya.. a lot of things happened, people come and go.  Dari terakhir aku nulis di blog itu banyak banget...