Jumat, 11 Mei 2018

Ada Kenangan di Lembongan


Part I

Nusa Lembongan, Mei 2018

            Mari kukenalkan rombongan perjalanan ini dulu, beranggotakan 7 orang yang pertama adalah Pak Kun, alasan perjalanan ini ada. Beliau bekerja di Museum Mpu Tantular Jawa Timur di bidang koleksi yang sedang memiliki proyek Film Dokumenter Pembuatan Daun Lontar. Daun Lontar yang bertuliskan Jawa Kuna dari beberapa kitab Hindu yang kebanyakan pembuatannya berada di Bali. Bu Ari adalah kolega Pak Kun yang secara otomatis teman baru bagi saya di perjalanan ini. Lalu ada mas Wisnu dan Om Jack yang saya kenal dari Generasi Pesona Indonesia Jawa Timur sekaligus pribadi yang saya kagumi dan saudara saya mba Yusa.
            Berangkat dari Surabaya jam 10 malam kita berangkat menuju Gili Ketapang, tiba jam setengah 9 pagi di Pelabuhan Gili Manuk lalu menuju Sanur untuk menyebrang lagi ke Nusa Lembongan. Tiba pukul 4 sore kami disambut Pak I Nyoman, seorang Mangku setempat dan penulis daun lontar. Diantar menuju homestay untuk bersih diri lalu kami diundang kerumahnya. Ternyata Pak Nyoman bukan hanya seorang Mangku, beliau juga penggiat seni teater, dan topeng pernah diberikan penghargaan juga oleh Gubernur Bali. Belum cukup disitu, rumah Pak Nyoman juga mengandung sejarah. Pernah denger Omah Gala-Gala?


Jangan salah fokus gaes



Rumah Gala-Gala adalah rumah bawah tanah yang di bangun oleh Made Byasa, kakek buyut dari Pak Nyoman. Rumah berukuran 500 m2 di bawah tanah memiliki 7 pintu masuk/keluar, 3 ventilasi, dilengkapi dengan sumur, 2 dapur, ruang keluarga, dan 2 ruang tidur di ujung rumah bawah tanah ini. Dibangun pada tahun 1961, Made Byasa yang adalah seorang penggiat seni dan budaya sangat terinspirasi oleh kisah Mahabaratha di bagian “Wana Parwa” menceritakan Pandawa yang hidup di tengah hutan dan merasa keselamatannya selalu terancam oleh Kurawa dan akhirnya Pandawa membangun goa yang diberi nama Gala-Gala. Bangunan ini dirampungkan pada tahun 1976, dapat dibuktikan ada symbol yang sengaja dibentuk seperti manusia, gajah, matahari dan kura-kura yang apabila di artikan adalah angka 1898 di dalam calender hindu atau 1976 di dalam kalender masehi.

 
2 Dapur
Begitu masuk ke Goa ini hawa dibawah tanah sangat sejuk dan lembab, saya jadi keingat bagunan bawah tanah yang ada di Turki yang terkenal itu. Selain itu juga ada patung Pak Made Byasa, pembuat Gala-Gala ini berdiri dengan kokoh tidak jauh dari Goa tadi. Harga tiket masuk turis lokal 10rb rupiah, berlaku 2x lipat untuk turis mancanegara.
Selesai dari kediaman Pak Nyoman kami mengejar matahari di pulau sebelah, Nusa Ceningan. Matahari Jingga ngga menampakkan warnanya karena kami salah spot hahaha. Ngga papa, untuk bertemu sore di tempat seperti itu juga keindahan. Singkat cerita kami pulang ke homestay untuk istirahat. 
            Waktu kami datang ke Nusa Lembongan, kebetulan ada yang baru saja meninggal dan akan menyelenggarakan upacara Ngaben, satu lagi daya tarik wisata Bali yang membuat saya selalu terkagum-kagum dengan pulau para Dewa ini. Ritual pertama yakni kidungan (kalo dalam Islam seperti tahlilan), kidungan adalah pemujaan terhadap dewa semalaman untuk mengantarkan jiwa yang sudah tiada menuju Nirwana. Menurut kepercayaan Bali semua ritual bersumber dari filsafat untuk akhirnya dimaknai (etika) dan dilaksanakan (upacara). Esoknya bambu berbentuk macan akan dipersiapkan, diberi do'a-do'a untuk mengiringi jenazah. Macan kemudian diarak diangkat banyak pemuda, para pemuda ini dikendalikan oleh spirit yang menuntun menuju tempat pembakaran.



Sambil lalu saya ngomong ke Om Jack betapa panasnya jenazah itu dibakar, belum lagi nanti waktu di neraka. Om Jack jawab “ngga ada neraka di pemahaman mereka, upacara sedemikian rupa itu menandakan keluarga yang berduka mengantarkan jenazah ke nirwana tempat kedamaian dan kebahagiaan yang sempurna, seperti surga, tempat tertinggi yang dapat dicapai seseorang, tempat pencerahan yang berarti hasrat dan penderitaan individu hilang”. Saya terdiam, tersadar disetiap keadaan manusia selalu memposisikan cara pandang sebagai dirinya sendiri bukan cara pandang ‘mereka’. Ah, wawasan baru lagi dan ilmu baru lagi saya selalu bersyukur untuk itu.
Kembali mengejar matahari jingga, kami semua menuju Nusa Ceningan dan mencari pemandangan dan ini yang kami temukan.
 
Blue Lagoon Nusa Ceningan


Dream Beach Nusa Lembongan

By the way, iya-iya saya langsung teriak begitu liat yang bening-bening begini..

Malamnya karena kami harus take video untuk bersama pak mangku dan pedanda jadi kami mempersiapkan diri dan semua peralatan di homestay.
Pak Mangku yang berkidung dan pedanda Ida Bagus mengartikan ke dalam bahasa Indonesia, kami mengangkat Bhineka Tunggal Ika dari Kitab Sutasoma. Ada beberapa kutipan dari kitab ini

Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, 
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,      
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa
Yang artinya adalah
Konon Buddha dan Siwa adalah zat yang berbeda
Mereka memang berbeda, namun bagaimana mereka dikenali?
Sebab kebenaran Buddha dan Siwa adalah tunggal
Kebenaran tidak ada dua dan kita sesungguhnya di dunia ini tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lain.

Suara yang dikidungkan begitu indah, pun pedanda menerjemahkan dengan kata-kata indah, Kitab Sutasoma bisa dikatakan unik dalam sejarah sastra Jawa karena merupakan satu-satunya kitab yang menceritakan kepahlawanan yang bernafaskan agama Budha. Saya bisa menangis membaca terjemahan sastra Jawa Sutasoma ini, suatu hal yang bahkan uang tidak bisa mengganti nilai nya. Kitab Sutasoma ditemukan di Bali konon katanya ada yang menyelamatkan kitab ini dari Jawa lalu disimpan, dirawat oleh orang-orang Bali. Take video selesai jam 7 malam, karena besok kami akan pulang pagi-pagi sekali sekalian kami berpamitan dengan keluarga Pak Mangku Nyoman.

Nusa Lembongan yang jauh dari hingar-bingar kota
Pulau kecil dengan sejuta cerita
Tidak ada bosan yang berani hinggap dipikiran selama di Lembongan
Jika rumah adalah tempat dimana hati tertinggal
Sepertinya aku sudah menemukan rumah




Tabik,
Sakinah

Sabtu, 21 April 2018

Life after college


                Di pertengahan semester rasanya kaya udah pengen keluar dari dunia perkuliahan, gara-gara tugas membabi buta plus dosen yang kadang gak berperikemahasiswaan.. Di semester  tua rasanya kok tiba-tiba sudah lupa sama kelas di kampus, saking gapernah ngampusnya.. Ngeliat senior yang baru lulus bingung mau ngapain kok kayanya jadi makin ngga rela mau lepas status mahasiswi. Iya, ini curhatan pribadi. Seperti biasa, saya lebih memilih nulis di blog daripada ngerjain Tugas Akhir L
Walaupun sebenernya ada banyak pilihan, mau kerja, lanjutin kuliah, atau kalo udah ada pasangan yaaa berumah tangga. Karena asumsi masyarakat umum itu d3 adalah status pendidikan yang nanggung jadi ada yang lanjutin kuliah karena gengsi ada juga yang karena hobi belajar. Sedangkan kalo dilihat dari sisi dunia kerja, sebenernya perusahaan lebih memilih praktisi yang pengalaman pekerjaannya bisa dipertanggung jawabkan. D3 bisa akan lebih mahal harganya kalo pengalaman pekerjaannya memadai, daripada s1 yang ga ada pengalaman pekerjaan. Berbicara di dunia pariwisata, praktisi lebih banyak diminati perusahaan besar daripada orang-orang  yang selalu menggunakan teori.
Terus pilihan terakhir yang bagi beberapa orang ini kayak pilihan tabu di usia yang sangat belia (hehe), di usia-usia yang baru lulus kuliah ini. Ada yang menganggap pernikahan itu adalah penyempurna ibadah, ada yang menganggap pernikahan adalah goal dari hidup, ada juga yang menganggap nikah adalah solusi.. Im not judging for that karena memang pernikahan adalah hal baik. Tapi kalo nikah karena keresahan diri yang terjadi karena sudah banyak temen-temen yang nikah itu kayanya kalian salah pikir. Maannn, ga segampang itu menjadikan 2 otak manusia menjadi 1 visi demi menghadapi kehidupan bersama. Selama masih sendiri, belum ada komitmen sama orang lain ada baiknya kalian tau bahwa kalian worth the affection. Yang harus selalu ada dipikiran dan hati adalah, cintai dirimu sebelum kamu mencintai orang lain.
Sesuai judulnya life after college juga masa transisi menjadi pribadi yang lebih tanggung jawab sama diri sendiri, Jadi buat temen-temen yang ada di semester tua kaya saya sudah seharusnya mulai mikirin mau dibawa kemana masa depan diri kita ini.. Juga eksplore kemampuan kalian berkomunikasi, menciptakan lingkungan yang positif, belajar berpikir sebelum memutuskan sesuatu, berani menanggung resiko, ketemu pribadi orang yang macem-macem dan gimana menghadapinya di luar dunia perkuliahan. Dan satu lagi, perbanyak diskusi dan bertukar pendapat sama orang lain.
Kalo saya mungkin masih mau explore kemampuan diri di dunia pekerjaan, pengen tau sejauh apa saya bisa tahan, berapa harga tertinggi saya di dunia kapitalis ini hahaha.. Lakuin aja apa yang kalian suka selagi positif. Dulu waktu kecil cita-cita saya itu pramugari, semakin kesini cita-cita saya pokoknya bahagia apapun yang saya lakuin aja hahaha. Dewasa ini, semakin takut buat sekedar menikmati hidup. Kalau kamu?

Tabik,
Sakinah

Minggu, 31 Desember 2017

Idola atau kawan?

Saya mo bahas yang beda kali ini di blog. Mau bahas tentang karya2 fiersa besari. Kalo biodata doi, kayanya kalian bisa googling aja di internet. Disini saya mau bahas karakter tulisannya. Well, apalah saya cuma blogger amatir dan kutu buku keren yang sedikit cupu ini.. tapi biarlah wong ini blog saya sendiri ehehe.
Pertanyaan pertama. Siapakah Fiersa Besari? 
Doi adalah musisi, penulis juga traveller. Jejaka Bandung yang depan rumahnya adalah sekolahan SD dan yang saya tau, tahun kelahirannya ngga pernah tertulis di laman internet manapun.. itu yang saya masih pensaran hingga detik ini. Ngga apa-apa, mama saya bilang umur ngga masalah buat calon mantunya nanti ehe. 
Pertanyaan kedua. Apa karya yang dihasilkan? 
Banyak. Doi melahirkan 3 buku, banyak lagu dan video jurnal perjalanan di youtube. 
Mari di bedah pelan-pelan..
Buku pertamanya adalah Garis Waktu, kalo menurut saya disini doi masih cengeng sorry to say dia kelihatan rapuh, seolah-olah perempuan sudah meluluh lantakkan dunianya dan dia hanya bisa bergeming sembari menikmati kesakitan yg disamarkan. Saya kurang suka sama karya yang ini..
Buku kedua adalah Konspirasi Alam Semesta, mungkin karena buku ini memang sengaja dibuat untuk diterbitkan jadi alurnya lebih jelas.. pemilihan kalimatnya indah.. ada  selipan sindiran akan society nowadays itu juga saya suka.. seolah-olah ada yg mau disampaikan ke para pembaca. Saya menemukan sedikit eyang pramudya di buku  ini, juga sedikit karakter minke dan soe hok gie. Ngga tau ini bener apa engga, tapi saya rasa mas Fiersa nyampurin fakta realita sama imajinasinya.. Saya baca di dalam kereta jurusan Surabaya-Banyuwangi, setengah perjalanan saya lahap habis buku ini  dan by the way saya nangis hehe
Buku ketiga adalah Catatan Juang, engga se emosional yang kedua tapi sedikit banyak kalimat2 di buku ini merubah cara pikir saya. Pesan yang ingin disampaikan ke pembaca sudah tersampaikan secara sempurna. Entah hanya saya atau kalian juga, saya ngga bisa mengkotak2 kan genre. Bisa jadi itu fiksi, bisa jadi itu ada unsur sejarah, yaa terserah penulislah pokoknya.. Juang disini idola saya, saya yakin juga sosok Juang itu ada sosok mas Fiersa. Dari buku keduanya mas Fiersa sudah banyak menaruh karakter diri sendiri di dalam Juang. Tapi ngga tau lagi yaa, kan saya paham mas Fiersa berdasarkan apa yang dia ingin orang lain pahami tentang dirinya saja melalui video2 di internet. 
Sebenarnya saya takut mengidolakan seseorang, karena manusia mengecewakan. Saya takut ternyata saya mengidolakan permukaan laut saja, tanpa tau ada gunung es dibawah. Saya takut terlalu menyukai apa yang belum saya ketahui. Saya takut terlalu obsessed hingga menuntut. Bahkan mas Fiersa pernah posting kurang lebih doi ngomong “jangan jadikan saya idolamu, jadikan saya kawanmu” (now playing: Fiersa Besari-Friendzone). Bagaimana? Bisa dijelaskan seseorang yang belum pernah bersua, hanya paham melalui postingan instagram bisa menjadi kawan? 
Saya bukan seseorang yang akan berteriak histeris kok mas, paling cuma ngga kedip aja gitu entar kalo ketemu. Mungkin hal terbaik yang bisa dilakukan seorang penggemar ke idolanya adalah mendoakan. Hihi
Yaa karena itu saya bikin blog buat menumpahkan isi pikiran, mungkin sekaligus surat terbuka buat mas Fiersa ehehe. 
Oke itu menyedihkan, tapi lebih sedih lagi saya terlalu sering menulis untuk blog daripada menulis untuk Tugas Akhir. Baiknya saya sudahi saja disini, sebelum saya divonis nambah semester lagi sama dosen pembimbing. 
Salam cilukba!

Jumat, 17 November 2017

Ada Cinta di Desa Kemiren Banyuwangi

Tanggal 10 November kemaren aku berangkat menuju Banyuwangi dalam rangka Kongres Nasional Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia VII. Perjalanan kali ini aku barengan sama 6 orang lainnya delegasi dari kampus berangkat naik kereta ekonomi Probowangi yang berangkatnya paling awal jam setengah 5 pagi. Jadilah saya ga tidur haha. Setelah menempuh 5 jam yang perjalanan yang menyenangkan, sampailah kami di Stasiun Rogojampi dan dijemput sama LO dari kampus Poliwangi untuk menuju hotel kampus, Hotel Jinggo. Disambut ramah sama panitia, sampe saya nya deg deg an hahahah.
Begitu nyampe, kami langsung dikasih keperluan-keperluan kongres
Nah, hari pertama adalah pembukaan, selain pembukaan oleh ketua panitia pembukaan Kongres HMPI ke VII kami diajak ikut nonton dan duduk sebagai tamu di BEC (Banyuwangi Ethno Carnival) yang dihadiri oleh Bapak Arif Yahya selaku Menteri Pariwisata, Bapak Abdullah Azwar Arnas selaku Bupati Banyuwangi, dan Ibu Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Masyarakat. Mengusung tema Majestic Ijen, pelaku festival ber kostum landskape ijen, blue fire dan belerang. Acara juga diisi teatrikal penambangan kawah ijen di jaman Kolonial Belanda, ada 200 penari Gandrung, dan buanyak lainnya.

Ini menggambarkan para penambang belerang di kawah ijen

Di hari kedua kami disibukkan sama jadwal kongres, di sini kami di harapkan dapat menumpahkan segala aspirasi mahasiswa pariwisata di seluruh Indonesia untuk ikut andil dalam memajukan Pariwisata Nasional. Pemaparan evaluasi kerja di periode jabatan sebelumnya juga di kritisi oleh delegasi daerah demi kemajuan organisasi ini. Yah dengan adat budaya yang berbeda tapi kami disini tujuannya sama.
Suasana sidang yang akhirnya berlanjut sampe jam 1 dini hari

Hari ke tiga , paginya kami Seminar Nasional yang di isi sama Ketua Umum ASIDEWI (Asosiasi Desa Wisata Indonesia), Direktur The Jungle Bogor dan Duta Pariwisata 2016. Jadwal sore hari adalah PILMAPI (Pekan Ilmiah Mahasiswa Pariwisata) yaitu lomba cerdas cermat, promosi pariwisata melalui video. Yang tentu saja waktunya aku mengganti waktu tidur ku yang sempet ke sita selama 2 hari selama kongres hehehe.
Hari keempat yang ditunggu. Kemana city tour di Banyuwangi kali ini? Ke Desa Adat Suku Osing, Kemiren Banyuwangi. Desa Kemiren merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Mayoritas penduduk desa adalah orang osing. Orang osing adalah masyarakat Blambangan yang tersisa, keturunan kerajaan Hindu Blambangan, berbeda dengan masyarakat Jawa, Madura dan Bali, hal ini bisa dilihat dari adat dan budayanya.

Begitu rombongan mahasiswa pariwisata Indonesia nyampe gang depan, kami di sambut sama Barong kemiren, di arak sampai ke tempat kami berkumpul.
Barong Kemiren
Barong Kemiren ini berbeda, sama Barong yang ada di Bali. Barong adalah Ratu dari binatang kupu-kupu cedung yang berukuran besar. Ada 2 penari yang menjalankan kostum barong ini, uniknya penari kedua hanya berjalan mengikuti penari pertama sambil ngintip lewat bolongan kecil di kain merah. Kata sesepuh penari Barong itu artinya bahwa apa-apa yang kita lakukan baik maupun buruk kita harus tetap ingat bahwa malaikat akan melihat dan mencatat amalan tersebut. Nah saya mikirnya malah, enak banget ya penari yang dibelakang gabut gitu wkwk. Senengnya belajar budaya itu hal sepele pun ada filosofinya..
Sampai ditempat berkumpul, kami disuguhi makanan khas Banyuwangi dan kopi Kemiren, ahh istimewa sekali
Yang bentuknya bulet itu kue kucur, rasanya manis gula jawa gitu, yang di lilit kaya ketupat itu lepet, trus yang dibungkus daun itu lupa apa namanya, pokoknya isinya itu tape ketan dibungkus daun jati. Dan yang terfavorit adalah kucur soalnya manis kaya yang punya blog ini hehehe. Lanjoottt
Setelah di arak sama Barong Kemiren kami disambut sama Penari Gandrung.


Setelah amazed sama cewe-cewe cantik yang berlenggak-lenggok, kami ngobrol sama emak tum, penyanyi dan penari gandrung. Gaes, beliau ini sudah jadi penyanyi gandrung dari umur 15 tahun. Yah bisa di kira-kira lah sekarang umurnya berapa ya hehehe
tinggal nunggu nate ruess trus nyanyi just give me a reason
Lanjut ke tarian berikutnya yaitu Jaran Goyang yang sudah terkenal dimana-mana. Cerita di balik Jaran Goyang itu adalah kisah cinta pemuda yang ditolak lalu dukun yang bertindak dan akhirnya si cewe ini pun luluh dan malah mengejar-ngejar si cowo, bagi si cewe ga ada cowo di dunia ini selain doi. Tapi si cowonya jual mahal. Si cewe akhirnya duduk berdiam diri, dia sedih cintanya tidak diterima, emang dasar wahai lelaki. Ending cerita mereka hidup bahagia selamanya ..
Ternyata di jaman milenial aka jaman now masih ada lho yang nyamperin mbah ocip (tetua desa kemiren) buat minta aji-aji jaran goyang buat balikan sama mantanlah, buat si gebetan luluh lah, hiyuuutt jaman sekarang ternyata masih ada. Tapi kata mbah ocip aji aji Jaran Goyang udah ngga boleh dipake lagi, karena emang ga normal, semuanya di butakan oleh satu cowo. Pengen boker kepikiran doi, laper kepikiran doi, ketemu dosen pembimbing kepikiran doi. Gua mah ogah..
Lanjot lagi ke Tari Barong, apa itu Tari Barong? Barong artinya barengan, maksudnya barengan itu mari kita bareng-bareng menjaga budaya. Makanya para penari beramai-ramai mengalungkan selendangnya ke penonton buat nari bareng-bareng aka buat menjaga budaya ini bareng-bareng.
ketauan yang mana yang doyan goyang
Ada lagi budaya yang seru di Desa Kemiren ini yaitu Ngopi Sepuluh Ewu, berawal dari kebiasaan dari warga desa yang suka ngopi barengan. Dengan slogan "sak ceret sak dulur" maksudnya itu satu teko satu sodara jadi tadinya yang ga kenal jadi kenal bahkan bisa dianggap sodara.. Menikmati kopi pahit Kemiren yang ga kerasa pahitnya karena ketemu sodara baru, bertukar pikiran, bertukar pendapat, merubah cara pikir dan sebagainya.. Oh indahnya keberagaman ini..

Terus diem-diem saya mikir, yaiyalah kalo rame-rame mikir berisik. Oke maaf jayus. Betapa kaya nya ragam adat dan budaya yang dimiliki Indonesia. Betapa banyaknya keunikan yang kita miliki, tapi kita tetep satu, ya Indonesia! Makanya suka sedih sama netizen-netizen yang ngga menghargai perbedaan padahal kan kita perbedaan yang satu. Secara tidak disadari, kita hidup di dalam perbedaan. Terima atau tidak terima perbedaan itu disekeliling kita, bukannya dengan perbedaan kita bisa saling melengkapi? Bukannya dengan perbedaan kamu bisa menutupi kekuranganku dan juga sebaliknya? ciyeh. Mulai detik ini saya cinta Desa Kemiren, saya cinta keberagaman adat dan budayanya. Mulai detik ini dan seterusnya saya akan lebih menghargai perbedaan, mulai detik ini dan seterusnya saya akan belajar terus menumbuhkan cinta sama negaraku, negara Indonesia. Jadi gaes, conclusionnya adalah traveling itu perlu, untuk menghargai perbedaan.

Muchos Love,
Sakinah

Sabtu, 28 Oktober 2017

Opening ADA Store di Grand CIty Surabaya

Hari ini, Jumat tanggal 27 Oktober 2017 aku dapet undangan nih dari ADA Store ke 3 di Surabaya setelah Marvell City sama Tunjungan Plaza Surabaya. Long story short, aku ketinggalan pemotongan pita sama baju-baju gratis di Store karena ternyata mereka memajukan run down acara. Iya, mereka bagi-bagi baju gratis buat 200 customer pertama yang dateng ke ADA. Sayang sekale bunggg!
Jadi nih, ADA Store ini sudah buka 76 Store di Indonesia dan store di Grand City adalah store ke 76. Aku pribadi sih sebelum masuk di Surabaya, sudah suka belanja ADA di Bogor karena memang dengan harga segitu dengan kualitas baju yang di dapet itu WAW gituloh hahaha. Apalagi buat ukuran mahasiswa. Tiap mau main, selalu bingung kesel ngga punya baju padahal lemari sudah se abrek. ADA selalu update sama fashion trends di Indonesia, apalagi konsep store yang chill, homey sama mbak-mbaknya yang ramah dan helpful. Ditahun 2016 dan 2017 ADA sudah berkembang pesat buat memenuhin kebutuhan pasar. ADA juga akan terus berekspansi buat nge make over ciwi-ciwi Indonesia dan juga cowo-cowo Indonesia.


 Apalagi baju cowo-cowonya, aku itu cewe yang suka pake baju cowo, ya biasanya cewe-cewe kan tinggal pinjem pacarnya.. Nah saya mah, mandiri ga mau pinjem-pinjem (padahal emang ga ada yang dipinjemi). Jadi niiiihhhhh, produk-produk ada itu selain murah, material rata-rata bajunya sangat wearable buat di Indonesia, meskipun itu sweaternya. Semua kalangan juga bisa belanja di ADA karena rate harganya dari Rp. 69.000 - Rp. 350.000. Semoga ADA selalu ada buat aku masyarakat Indonesia di tanggal-tanggal tua yaa.. hehehe

Senin, 16 Oktober 2017

Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti

Iya, itu judul lagu..
Tapi kalo dipikir lagi dalem banget ternyata artinya
Memang manusia,
Udah tau rasa bahagia yang semu di sebuah pertemuan
Tapi masih nekat di terusin
Ngga papa life is a roller coaster kok
Betapa menakjubkannya sebuah perasaan yang sangat indah di awal pertemuan
Betapa menakjubkannya sebuah perasaan yang sangat indah pula di sebuah perpisahan.
Tinggal bagaimana kamu menikmatinya kan? Kalo ngga ada sedih yang mendalam juga kamu ga akan bisa rasain bahagia yang mendalam.
Hati itu terbuat dari apa sih?
Okay..
Lets talk about feelings
Or hearts
The thing is sometimes you feel pain without knowing phisically which part of your body got hurt
Wether is at the begining or its an ending
I personally feel the pain yet happiness at the begining when I know that Im falling for someone
Like I already know how it ends
Then I growing up
Seeing people falling in love deeply over someone
Then seeing someone hurt with the same person
Or even more sad
Being left out
Well, now I have to learn how to live a life
Is waste of a time if you are afraid liking someone
Just let him know
Life is too short to hide your feelings
Enjoy every moments when it lasts
There will be lots of people and a thousand stories and different feelings waiting to be a part of your memories in life

Minggu, 24 September 2017

One Fine Day




Kenapa judulnya One Fine Day? 
Hmmm..Ga ada sih, ada temen yang nyuruh gitu wkwkwk
Berangkat dari Sidoarjo jam setengah 12 malam, aku dan 4 orang teman menuju Klaten-Jogja. Kali ini liburan berkedok survey tempat penelitian tugas akhir atau honeymoon berkedok survey tempat penelitian? Kenapa honeymoon? Karena temen saya yang satu bawa pacarnya yang difungsikan sebagai supir. Yaudah ndakpapa aku dan dua teman lainnya sebut saja lita dan yuka jadi pemain figuran. Situ indah-indah an serasa dunia milik berdua yang lain ngekos. Oke, perjalanan santai diselingi karaoke bareng di dalem mobil akhirnya sampai jam 7 pagi di destinasi wisata pertama Umbul Ponggok, Klaten. Terletak di Desa Ponggok yang dulunya adalah desa miskin di Klaten, umbul ini memiliki mata air yang ngga akan berhenti menghidupi desa, kaya aku yang ngga akan berhenti mikirin kamu Eheheh. Betewe apa sih daya tarik wisata disini?

Daya tarik wisata disini adalah foto dibawah air tawar bersama ikan dan beberapa properti seperti TV, ayunan, tenda, laptop bahkan sepeda motor. Jaman sekarang, kalo tempat itu instagram-able sudah pasti bakal dicari sama khalayak. Pokoknya ada pendukung sarana dan prasarana, udah deh jadi destinasi wisata. Kata mas Joko, warga lokal sekaligus tukang poto bawah laut, per September 2017 pendapatan desa sudah mencapai 12 miliar hanya dari sektor pariwisata. 12 miliar berarti bisa buat mandi fidget spinner dan fidget flus flus ngaaaa. Mas Joko juga bilang kalo air disini ngga akan berkurang atau bertambah, jadi volume air dari jaman Belanda, jaman nenek moyang dulu ya segituu 2-3 meter. Banyak juga ternyata orang-orang yang foto prewed disini, ah elah saya yang cuma modal duduk di kursi sambil pura-pura nonton tipi aja harus di take berkali-kali, apalagi yang ribet pake gaun panjang.. Nahhh informasi penting tentang harga nih, di loket tiket masuk umbul ponggok kalian harus bayar 15ribu, itu dapet free minuman kopi botol biar ngga merem kalo difoto di dalem air hehehe.Teruuusss, nyewa kamera underwater 60rb per setengah jam, nyewa propertinya macem-macem kisaran 60rb sampe 100rb. Destinasi pertama selesai jam 1 hari itu.

Nobar dulu yukk

Selanjutnya kami ke Taman Air Cokro, taman air disini yang bikin menarik adalah ada mini air terjunnya, biasa disebut pleret oleh warga lokal. Nihh pemandangannyaa..

Oke itu spoilernya, aku mau cerita aja dulu..
Sayangnya air mata cokro ini sedikit terbengkalai, sarana prasarana susah juga jarang banyak orang tau kalo bukan orang Klaten sendiri. Dari pintu masuk aja kami sempat ragu mau merelakan uang 15ribu buat masuk ke dalem karena memang tampak depannya sudah meragukan. Yaaaa, lagi lagi ada potensi pariwisata yang terbuang di Indonesia. Untung ada 1 spot yang bikin lupa waktu. Jadi gitu guys inti dari berpariwisata adalah melupakan waktu. Hehehe. Jadi ada kaya rumah pohon yang rindang nan sejuk di bawah mini air terjun. Duduk diem disana sambil menikmati angin sepoi dan percikan air itu sudah jadi definisi bahagia buat aku. 


Kami menghabiskan sore di rumah pohon ini

Perjalanan selanjutnya adalah Hotel di Jogja. Kami tidur di salah satu hostel untuk orang-orang backpacker di Jogja.. Menghabiskan malam minggu di Jogja aku, lita dan yuka keliling malioboro hunting jodoh yang kali aja juga lagi liburan di Jogja hahaha.
Besok pagi kami packing nih buat perjalanan pulang ke Surabaya tapi ada 2 objek yang masih mau dikunjungin. Tamansari sama Tempo Gelato. Kali kedua aku ke tamansari, jadilah aku local guide amatiran buat mereka, well memang mainstream sih Tamansari Water Castle tapi bolehlah buat nostalgia ke masa lalu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat sejarah. Jadi ngebayangin jaman dulu waktu Sultan Yogya dengan selir-selir nya mandi disitu sama putri-putri raja. Hmmmm, pengen rasanya balik ke jaman kaya gitu. I wish time capsule did exist pasti seru tapi antara seru dan sejarah yang bakal jadi berantakan sih. Personally, Tamansari ini tempat favorit aku buat wisata soalnya tempat yang unik, vintage banget, instagramable dan murah lagi.


lah gaes kalian ga liat kamera gaes?

Start jam 9 dan kami menghabiskan 2 jam disini dengan suasana cerah yang menyenangkan dan tentu saja bikin ketek basah. Cocok setelah itu kami ke Tempo Gelato yang gak jauh dari Tamansari. Ini juga jadi tempat favorite, yaa siapa gituloh yang gak doyan es krim. Tempo Gelato juga punya desain interior yang vintage. Kisaran harganya 20ribu – 35ribu. 


Setiap ada yang ngajakin Jogja ngga mampu kayanya buat nolak, feeling being in Jogja is peaceful. Ada di Jogja itu sweet escape banget kalo buat ngilangin suntuk. Sudah kebanyakan kayanya aku nulis gimana cintaku sama Jogja. Jogja never hurt me. Jogja is healing. See u soon Jogja

Segala Diantaranya

Waw, 2019 being quite hectic years ya.. a lot of things happened, people come and go.  Dari terakhir aku nulis di blog itu banyak banget...