Seminggu setelah ke
Bromo, aku berangkat lagi ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Setelah perdebatan panjang perkara perijinan, transportasi dan
perlengkapan mendaki lain, diputuskan kami berangkat bersepuluh
dengan 3 model cewe yang
pantang-jalan-sebelum-gincu-on-tapi-tetep-strong, naik sepeda motor
via Malang.
Jarak tempuh 5 jam dari Surabaya menuju kawasan TNBTS.
Kali kedua saya kesini ada beberapa hal yang berbeda; pertama,
ranupane tidak seindah dahulu, kedua ranukumbolo semakin pasang,
ketiga diri sendiri. Iya, reaksi diri akan keindahan alam ternyata
berubah. Semakin kesini semuanya sangat berpengaruh, dari percakapan
basa-basi orang asing, dari bagaimana awan terbawa angin dan membawa
sedikit gerimis, dari bagaimana kabut menutupi jalan pendakian,
tisu-tisu basah yang berserakan di jalan pendakian, bagaimana raut
penjual gorengan disetiap pos pendakian. I turn into sensitive person
all of the sudden. I change into that girls. Gloomy, miserable, sad
girls without everybody knows it.
Setelah perjalanan
menyenangkan selama 6 jam dari ranupane, mata ini disambut haru sama
kumbolo, disapa dinginnya angin rindu lembah kumbolo, awan kelabu
berusaha ikut menyapa berlari sembari membawa rintik. Begini ternyata
rasanya rindu yang berbalas semesta bisikku dalam hati. Kumbolo, apa
kabarmu?
4 sore dan ±3ºC
kawan yang memang sengaja
nyampe duluan buat bikin tenda, langsung lari dari campground menuju turunan pinggir
danau buat bawain carrierku. Rombongan yang lain tertinggal
dibelakang karena sudah ga tahan pengen selfie di pos 4. Dan ngga
pake lama sepatu trekking berubah jadi sendal jepit ando warna telor
asin favorit. Setelah tenda pertama sukses, tenda kedua sukses atas
support hot caklet (bacanya harus kaya Cinta Laura), tenda ketiga
juga sukses atas support aroma mie instan dan ikan sarden kami siap
kongkow di depan tenda dengan cahaya bulan. Ingin hati meluruskan
punggung dan kaki tapi tenda A
berisi 2 perempuan dan 3
laki-laki penuh drama ini susah buat istirahat, berisik
karena lagi main uno dan
bau kentut.
7
malam ±0ºC akhirnya
bersandiwaralah saya dengan semesta.. Pemandangan
syahdu yang gak akan ada dikota, temaram ribuan bintang.
Nih
soundtrack yang cocok kala itu
CAHAYA
BULAN – ERROS SO7 FT OKTA
Perlahan sangat pelan hingga kadang kan menjelang
Cahaya kota kelam mesra menyambut sang petang
Disini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
Kenapa matahari terbit menghangatkan bumi??
Aku orang malam yang membicarakan terang
Aku orang tenang yang menentang kemenangan oleh pedang
Perlahan sangat pelan hingga padang kan menjelang
Cahaya nyali besar mencuat runtuhkan bahaya
Disini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
Kenapa indah pelangi tak berujung sampai di bumi??
Aku orang malam yang membicarakan terang
Aku orang tenang yang menentang kemenangan oleh pedang
Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
Yang takkan pernah kutahu dimana jawaban itu
Bagai letusan berapi bangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati
Terangi dengan cinta di gelapku, ketakutan melumpuhkanku
Terangi dengan cinta di sesatku, dimana jawaban itu
Waktu
jalan sendirian di tengah nikmat Tuhan yang begitu luas dan tak
terhingga aku sempet nangis, sempet sedih. Bukan karena takut
sendirian, oiya.. aniwei suka heran sama orang2 yang ngeledekin orang
karena kesendiriannya, being alone doesn't mean lonely. Kamu lahir di
muka bumi ini sendiri, pun kamu mati di muka bumi juga nantinya
sendiri. Mati. That's mean wkwk. Well, sendiri adalah bagaimana kamu
appreciate dirimu sendiri kalo menurutku sendiri itu kamu bisa paham
egomu, kamu bisa menghargai dirimu, you have your own standart for
your self, juga kamu bisa punya rasa syukur sama Tuhan atas nikmat
yang dilimpahkan ke badan kamu (phisycally or mentally). Bagaimana
berartinya rasa senang untuk dirimu begitu juga berartinya rasa
sedih. (Well nice words,
good job rahma). Lanjut.. sampe mana tadi.. Sedih di tengah
nikmatNya, yaaa karena langsung inget kesombongan yang pernah secuil
buah zaitun muncul di diri, yang seharusnya ngga pantes ada. Tidak
ada yang disombongkan, semuanya punya Allah. Rasanya kaya semesta
dibanding aku. Secuil debunya aja ngga nyampe.
Satu lagi, untuk menghargai diri sendiri memang susah untuk itu kita
butuh orang lain. Manusia di ciptakan sebagai makhluk sosial yang
bergantung satu sama lain begitu juga untuk empower each other.
Karena sekarang aku termasuk orang yang sensitif, let it happen.. Im
letting my self feeling deeply over things that matter. Let me feel
my sadness and happiness, bukankah hidup memang seperti roda
berputar? Well no, my life is like london eye, even Im at my low Im
still shining. Tapi do u ever feel like you say the truth when
someone ask how are you? Did u say how you really feel? Of
course no right? All you say was “Im fine” and there is so much
explanation in fine there. Aku baru sadar ternyata betapa kamu sangat
berarti di hidup orang lain, just simply saying I hope you're doing
okay that is really made someone's day. Those simply things I notice
nowadays.
Next
day jadwalnya kita sih jamuan makan pagi dan makan siang serta
pemotretan hahaha. It was fun. Saya kecanduan main sama rombongan ini
..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar