Panasnya udah kaya neraka bocor, polusi, dan segala hiruk pikuk. Pariwisata di Surabaya? Emang ada?
Sini, duduk dulu yang tenang siapin kertas dan bolpen kalo ada yang ditanyakan bisa angkat tangan.
Sebelumnya, mari kuperkenalkan beberapa tokoh pendukung di perjalanan kali ini hehe. Ada Pak Khun yang paling senior dari Jogja, ada Mba Frea dari Jakarta, Mas Subhan dari Lombok, ada Mas Arlan datang jauh dari Jambi, ada Mba Amel blogger dari Tangerang, Mas Robby dari Palembang. Mereka semua datang khusus untuk meliput Pasar Seni Lukis Indonesia 2018 dan menikmati panasnya Surabaya. Apasih PSLI 2018 ini? Di tanggal 14-21Oktober ini ada Pasar Seni Lukis Indonesia di Jatim Expo Surabaya tempat semua seniman dan penikmat seni berkumpul. Memasuki tahun ke 11 pameran ini diselenggarakan dan tahun pertama memasuki Calender Of Event Kementrian Pariwisata. Kalo kata Robbin Williams "but poetry, beauty , romance, love these are what we stay alive for" memang bener. Kurang lebih ada 140 pelukis yang memamerkan lukisan di acara ini.
![]() |
Foto oleh: Subhan |
Setelah berkunjung ke Pasar Seni Lukis Indonesia, kita bisa kemana aja sih di Surabaya?
Nah kemarin setelah liputan dengan teman-teman Generasi Pesona Indonesia kami pergi ke Museum House of Sampoerna, Museum di pabrik rokok yang memamerkan awal karir pendiri pabrik, tembakau dan sejarah rokok kretek hingga beberapa koleksi pribadi pendiri Sampoerna. Bangunan tua yang didirikan sekitar tahun 1862 oleh pemerintahan Belanda ini di beli oleh Liem Seng Tee pada tahun 1932 untuk dijadikan pabrik. Di lantai 2, kita bisa melihat langsung proses pembuatan rokok kretek dan semua buruhnya adalah ibu-ibu. Saya dan Mas Robby sedikit menggumam "Kok kita kaya di seaworld ya nontonin orang-orang ini ngelinting rokok?" Karena memang dilihat dari lantai dua mereka begitu kecil dan mengerjakan hal yang serupa, seirama ditemani dengan dangdut koplo sambil sesekali joget-joget (oke yang terakhir becanda :D).
![]() |
Ruang pamer depan, di fotoin: Mas Subhan |
![]() |
Foto oleh: Subhan |
Setelah itu perjalanan kami lanjutkan ke Museum Tugu Pahlawan. Selain patung Suro dan Boyo, Tugu Pahlawan juga sebagai salah satu ikon kota Surabaya. Dari museum ke museum, yaa itu daya tarik Kota Pahlawan ini.
![]() |
Foto oleh: Subhan |
![]() |
Eco Tourism di Surabaya |
Karena Surabaya adalah Kota Pahlawan, wajar banyak menemui gedung-gedung peninggalan Belanda yang bersejarah di kota ini. Ada Hotel Majapahit, tempat terjadinya perobekan bendera Belanda dan tempat terbakarnya semangat arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan.Tidak jauh dari hotel Majapahit ada kawasan Tunjungan yang semua bangunannya adalah bangunan-bangunan peninggalan Belanda. Kawasan Tunjungan adalah salah satu destinasi menarik yang ngga boleh dilewatkan. Pedestrian yang lebar, berjejer lampu kota dan tanaman gantung ada di sepanjang jalan. Seingat saya, kawasan ini pernah tidak terawat setelah beberapa tahun ada di masa jaya nya, kalah dengan pusat perbelanjaan kota yang berkembang pesat. Gedung Siola sempat kosong dan tidak terawat, untungnya pemerintahan kota sigap membangkitkan kawasan tunjungan ini hidup lagi. Membangun Museum Sejarah di dalam gedung, menjadikan mall pelayanan publik, menambahkan pusat oleh-oleh dan marketplace UMKM, menambahkan taman gantung, bahkan fasilitas Co-Working gratis. Selain itu, secara rutin walikota Surabaya menggelar Festival Kuliner Mlaku-mlaku nang Tunjungan. Sama seperti judul lagu lawas
Rek ayo rek mlaku-mlaku nang Tunjungan
Cak ayo cak sopo gelem melu aku
Cak ayo cak nggolek kenalan cah ayu
yang artinya kurang lebih begini
Guys, yuk jalan ke Tunjungan
Siapa mau ikut nih
Yuk nyari cemewew
gitu...
![]() |
Foto oleh: Monyoku |